"Jika boleh memilih, aku ingin seorang suami yang berprofesi sebagai petani." Kalimat itu sering kali terucap dari bibirnya.
"Kenapa mesti petani?" tanya seorang kawan.
"Karena, aku mencintai alam."
Bukan. Kisah ini bukan menceritakan tentang seorang wanita yang menikah dengan petani sebenarnya. Ini adalah sebuah metafor. Penggambaran indah dari sebuah filosofi petani, tentang kesabaran, kesetiaan dan pengorbanan cinta yang dibalut keyakinan pada rahmat-Nya, dalam pergulatan hidup Syakilla dan Riyan suaminya, di bumi Papua.
Syakilla yang sejak kuliah sudah merintis karier mendirikan lembaga konsultasi pengembangan Sumber Daya Manusia bernama Smart ini, tak pernah menyangka bahwa kata-kata suaminya di malam pertama mereka menikah, Dokter Riyan, suatu hari benar-benar menjadi kenyataan. Ya. Riyan benar-benar mengajaknya ke Papua. Tidak ada excuse sama sekali! Tidak lagi setelah Riyan bersabar selama empat tahun lamanya, dimana waktu itu Syakilla sedang jaya-jayanya dengan Smart, dan sedang giat-giatnya merajut mimpinya bersama teman-teman kampusnya sesama pendiri lembaga itu. Empat tahun lalu mungkin Syakilla bisa mengelak, dan Riyan mengalah. Tapi kali ini tidak lagi. Keputusan Riyan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.