Kamis, 09 Januari 2014

Air Akar by Benny Arnas, dkk.



Bunda Guru, seperti itulah cara mereka memanggil Bunga Raya. Seorang wanita biasa yang hidup dengan mengajar, yang kebetulan punya sedikit karomah yang dianugerahkan Tuhan padanya sehingga ia bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita warga desa itu- setidaknya itulah yang dipikirkan warga desa tentangnya. Ini ada alasannya: suatu hari seorang murid mengalami sakit diare, dan berkat ramuan yang dibuat Bunda Guru, anak itu sembuh! Ya. Ramuan itu hanyalah oralit. Tapi warga desa terlanjur menganggap Bunda Guru seperti orang pintar, dan sudah jelas mereka tidak percaya pada obat-obatan modern. Maka Bunda Guru akhirnya memanfaatkan air akar, ramuan tradisional serba guna khas Lubuk Linggau itu, dalam karir pengobatannya.

***

Membaca buku kumpulan cerpen merupakan salah satu hobby saya sejak kecil - salahkan majalah Bobo dan Annida! Hehe. Berkat rekomendasi Goodreads dan juga label "pemenang sayembara blablabla" di buku itulah akhirnya saya putuskan membeli buku ini dan menjadikannya kawan perjalanan saya dari Padang menuju Bandung. Buku kumcer ini lumayan bagus. Apalagi pilihan temanya yang banyak menyoroti kebudayaan suku-suku yang saya baru tahu ternyata ada di Indonesia, dengan gaya yang unik. Memang tipikal cerita pendek menyuguhkan cerita sederhana dalam sepenggal waktu yang singkat namun sarat arti. 

Seperti kisah Tono dalam takziah ke pemakaman sahabatnya, Gunardi yang ternyata tinggal dalam desa berkebudayaan Samin. Atau surat-menyurat antara Sintia Paus Paus yang anak pulau Arguni - Papua dengan Saria di Bandung. Juga cerita tentang kisah cinta dua kupu-kupu yang sesungguhnya menyoroti bahwa Indonesia kaya akan variasi spesies cantik ini. Bahkan sebuah cerpen fiksi ilmiah yang mengungkap perjalanan waktu menelusuri berbagai tempat indah di Indonesia. Twisted, tapi keren.

Mungkin memang dari awal kumcer ini ditujukan untuk menyoroti Indonesia dan titik-titik kecil yang tak terlihat namun tetap indah sehingga pembaca dibuat penasaran kalau tidak naksir dan ingin pergi mengeksplorasi Indonesia. Dan prasangka saya benar! Kompetisi Tulis Nusantara 2012 memang ditujukan untuk mengeksplorasi tema mengenai kebudayaan Indonesia.

"Indonesia bukan hanya Jawa. Kamorang pu kampung yang cantik ini juga bagian Indonesia yang harus kamorang jaga. Dia pu budaya, kekayaan alam, semua harus dijaga." Begitu pesan ibu guru. (Untaian Salam dari Pulau Tak Berbentuk oleh Maria Jeanindya Wahyudi).

Tidak semua gaya penceritaan pengarang dalam kumcer ini sesuai dengan selera saya. Air Akar karangan Benny Arnas sudah pasti menjadi cerpen favorit saya, yang mana membuat saya penasaran dengan tulisan beliau lainnya. Cerpen lainnya? Bagus sudah pasti, karena bagaimanapun cerpen-cerpen ini telah dinilai sebagai finalis dari tiga belas ribuan naskah yang masuk. Tapi maaf, tidak semuanya jadi favorit saya. Yang pasti, eksplorasi kekayaan kebudayaan Indonesia inilah yang jadi poin plus. Hmm mungkin saya akan membaca lebih banyak cerpen lagi, dan banyak karya pengarang Indonesia lainnya di tahun ini. Karena, kamu menulis seperti apa yang kamu baca. Membaca buku terjemahan terus? Tidak baik untuk gaya menulismu. Sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa komen ya :)